Minggu, 07 April 2013

Laporan PRAKERIN di PT. KIMIA FARMA ( RHIKA DAN MEINDIKA )


BAB  I 
 PENDAHULUAN
1.1    Latar  Belakang
Pada  zaman  sekarang  ini  di  dunia  manapun  juga  pasti  ada  yang  namanya  penyakit. Penyakit  yang  mengerogoti  tubuh  jika  tidak  diobati  dengan  segera  maka dapat berakibat  buruk  bahkan  dapat  menyebabkan  kematian. Oleh  karena  itu  dilakukanlah penelitian  untuk  sesuatu  yang  dapat  menyembuhkan penyakit  itu yang  dinamakan  dengan  obat. Obat  itu  dapat  berfungsi  menyembuhkan  berbagai  macam  penyakit. Dengan  cara  kerja  obat  yang  dapat  menghambat  pertumbuhan  bakteri  atau  virus yang  menyebabkan  penyakit  itu  sendiri  dapat  berkembang.
Banyak  Industri- Industri  farmasi  yang  menghasilkan  berbagai  macam  jenis  obat-obatan termasuk  PT. KIMIA FARMA,Plant MEDAN.  Karena  banyaknya  industri   farmasi  di Indonesia  maka  penulis  memilih  PT. KIMIA FARMA,Plant MEDAN  sebagai  tempat melakukan  praktikum  dan  dapat  mengetahui  apa  saja  produk obat  yang dihasilkan  serta  Cara  Pembuatan  Obat yang Baik (CPOB). Dimana   setiap  produk-produk  yang  dihasilkan  oleh  Industri  Farmasi  harus  diatur  secara  ketat.




1.2 Tujuan  Praktik  Kerja  Industri
Tujuan pelaksanaan prakerin ini diantaranya meningkatkan kemampuan dan wawasan penulis dalam aspek-aspek potensial di dalam dunia kerja, dan dapat menerapkan ilmu yang didapat selama proses pendidikan dalam dunia kerja.

















BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk.


2.1 Sejarah Perusahaan

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikalbakal perusahaan  dapat  dirunut  balik  ke  tahun  1917,  ketika  NV  Chemicalien   Handle  Rathkamp & Co., perusahaan  farmasi  pertama  di  Hindia  Timur,  didirikan  sejalan  dengan  kebijakan   nasionalisasi  eks  perusahaan-perusahaan  Belanda,  pada  tahun  1958  pemerintah  melebur  sejumlah  perusahaan  farmasi  menjadi  PNF  Bhinneka  Kimia  Farma. Selanjutnya  pada  tanggal  16  Agustus  1971  bentuk  hukumnya  diubah  menjadi  Perseroan  Terbatas, menjadi PT  Kimia  Farma  (Anonim, 2010).
Sejak  tanggal  4   Juli  2001 Kimia  Farma  tercatat  sebagai  perusahaan  publik di  Bursa  Efek  Jakarta  dan  Bursa  Efek  Surabaya. Berbekal  tradisi  industri  yang  panjang  dan  nama  yang identik  dengan  mutu, Kimia  Farma  telah  berkembang  menjadi  sebuah  perusahaan  pelayanan  kesehatan  utama  di  Indonesia  yang  kian  memainkan  peranan  penting  dalam pengembangan  dan  pembangunan  bangsa  dan  masyarakat  (Anonim, 2010)
Dengan  dukungan  Riset  &  Pengembangan,  segmen  usaha  yang  dikelola  oleh  perusahaan induk  ini  memproduksi  obat  jadi  dan  obat  tradisional,  yodium, kina  dan  produk-produk   turunannya,  serta  minyak  nabati. Lima  fasilitas  produksi  yang  tersebar  di  Indonesia merupakan  tulang  punggung  dari  industri  (Anonim, 2010).
Plant   Jakarta  memproduksi  sediaan tablet,  tablet salut,  kapsul,  sirup  kering, suspensi/sirup, tetes  mata,  krim,  antibiotika  dan  injeksi. Unit ini  merupakan  satu-satunya  pabrik  obat  di  Indonesia  yang  mendapat  tugas  dari  pemerintah  untuk  memproduksi  obat  golongan narkotika. Industri  formulasi  ini  telah   memperoleh   sertifikat, yaitu: Cara  Pembuatan  Obat yang  Baik  (CPOB)  dan  ISO-9001 (Anonim, 2010).
Plant  Bandung  memproduksi  bahan  baku  kina  dan   turunan-turunannya,  rifampisin, obat asli  indonesia  dan  alat  kontrasepsi  dalam  rahim  (AKDR). Unit  produksi  ini   telah mendapat  US-FDA  Approval.  Selain  itu,  Plant  Bandung  juga  memproduksi  tablet,  sirup,  serbuk,  dan  produk  kontrasepsi  Pil  Keluarga  Berencana. Unit  produksi  ini  telah  menerima sertifikat  CPOB  dan  ISO-9002  (Anonim, 2010).
Plant  Semarang  mengkhususkan  diri  pada  minyak  nabati  dan  bedak. Untuk  menjamin kualitas  produksi,  unit  ini  secara  konsisten  menerapkan  sistem  manajemen  mutu  ISO-9001 serta  telah  memperoleh  sertifikat  CPOB  dan  US-FDA  Approval  (Anonim, 2010).
Plant  Watudakon  di  Jawa  Timur  merupakan  satu-satunya  pabrik  yang  mengolah  tambang yodium  di  Indonesia.  Unit  ini  memproduksi  yodium  dan  garam-garamnya,  bahan  baku ferro  sulfat  sebagai  bahan  utama  pembuatan  tablet  besi  untuk  obat  tambah  darah,  dan kapsul  lunak  ”Yodiol”  yang  merupakan  obat  pilihan  untuk  pencegahan  gondok.  Plant Watudakon  juga  mempunyai  fasilitas  produksi  formulasi  seperti  tablet,  tablet salut,  kapsul lunak,  salep,  sirup,  dan  cairan  obat luar/dalam.  Unit  ini  telah  memperoleh  sertifikat  CPOB,  ISO-9002  dan  ISO-14001.  (Anonim, 2010).
Plant  Medan  di  Tanjung  Morawa,  Sumatera  Utara,  tidak  dikhususkan  untuk  memasok kebutuhan  obat  di  wilayah   sumatera.  Produk  yang  dihasilkan  oleh  pabrik  yang  telah memperoleh  sertifikat  CPOB   untuk tablet, krim  dan  kapsul  serta  sertifikat  ISO  9001:2008.
PT.  Kimia  Farma  (Persero)  Tbk.  Plant  Medan  berdiri  pada  tahun  1967  dengan nama Radja  Farma  dan  dulunya  juga  merupakan  perusahaan  farmasi  milik  Belanda  yang dinasionalisasikan  oleh  pemerintah  Indonesia.  Pada  tahun  1971  perusahaan  ini  berubah nama  menjadi  PT.  Kimia  Farma  dan  menjadi  perusahaan  cabang  dari  PT.  Kimia  Farma Jakarta.  Dengan  adanya  SK.  Direksi  No.  Kep.  14/DIR/VI/2004  pada  tanggal   14   juni 2004  maka  PT.  Kimia  Farma (Persero)  cabang  Medan  berubah  menjadi  PT.  Kimia  Farma (Persero)  Tbk.  Plant  Medan.
Distribusi  obat-obatan  dikelola  oleh  Unit  Logistik  Sentral  (ULS)  yang  berada  di  Jakarta. ULS  ini  nantinya  yang  mendistribusikannya  melalui  PT.  Kimia  Farma
 Trading  &  Distribution.
2.2  Visi  dan  Misi
Visi  PT  Kimia  Farma  (Persero)  Tbk  adalah  komitmen  pada  peningkatan  kualitas kehidupan  kesehatan  dan  lingkungan.  Untuk  mewujudkan  visi  tersebut, PT  Kimia  Farma (Persero)  Tbk  memiliki  misi,  diantaranya:
1.  Mengembangkan  industri  kimia  dan  farmasi  dengan  melakukan  penelitian  dan  pengembangan  produk  yang  inovatif
2.    Mengembangkan  bisnis  pelayanan  kesehatan  terpadu  (Health  Care  Provider)
yang  berbasis  jaringan  distribusi  dan  jaringan  apotek
3.    Meningkatkan  kualitas  sumber  daya  manusia  dan  mengembangkan  sistem  informasi perusahaan.
2.3  Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Kimia  Farma (Persero) Tbk  merupakan  salah  satu  Badan  Usaha  Milik  Negara  (BUMN) yang  berada  dibawah  pembinaan  Menteri  Negara  Pendayagunaan  BUMN  dalam  upaya  mendukung   program  pemerintah  untuk  meningkatkan  kesejahteraan  rakyat khususnya  di  bidang  kesehatan. Produksi  yang  dihasilkan  adalah  obat-obatan  yang  bermutu dengan  harga  yang  terjangkau  oleh  masyarakat  yang  meliputi obat-obat Pelayanan Kesehatan  Dasar (PKD), Obat  Generik  Berlogo (OGB), obat-obat  paten  dan  alat  kontrasepsi.
Dalam  menjalankan  semua  usahanya  PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, memiliki  3 (tiga) unit usaha, meliputi :
1. Bidang Produksi
Produk-produk  andalan  yang  dihasilkan  perusahaan  ini  adalah :
a. Produk  etikal.
b. Produk ”Over The Counter” (OTC) yaitu  obat  yang  dapat  dijual  bebas.
c. Produk  Generik  Berlogo.
d. Produk  lisiensi  dari  beberapa  perusahaan  asing  yaitu : Sankyo (Jepang), Heinrich (Jerman), Solvay Duphar (Belanda).
e. Produk  Bahan  Baku.
f. Produk  Kontrasepsi.
g. Produk-produk  penugasan  pemerintah  (narkotika).
2. Bidang  Pelayanan (PT. Health & Care)
3. Bidang  Distribusi (PT. Trading & Distribution) yang  dijalankan  oleh  anak  perusahaan  PT. KF Trading and Distribution.
4. Klinik  Kesehatan  dan  Optik.
2.4  Letak  dan  Lokasi  Perusahaan
PT. Kimia  Farma (Persero) Tbk.Plant Medan  terletak  di  Jalan  Raya  Medan  Tanjung Morawa  Km 9 No. 59, Kotamadya  Medan, Propinsi  Sumatera  Utara, Indonesia. Perusahaan ini  berdiri  di  atas  lahan  dengan  luas  20.269 myang  terdiri  dari :
a. Ruang  perkantoran.
b. Ruang  laboratorium  Pemastian  Mutu &  PPPI.
c. Ruang  produksi.
d. Ruang  produksi / salep.
e. Ruang  penimbangan  sentral.
f. Gudang  bahan  baku.
g. Gudang  bahan  kemas.
h. Gudang  etiket.
i. Gudang  obat  jadi.
j. Bangunan  penunjang  seperti  tempat  pencucian, dapur, mushola, dan  tempat  olahraga.
Prasarana  transportasi  yang  tersedia  di  lokasi  ini  dapat  dikatakan  sangat  baik, yakni dengan  adanya  fasilitas  jalan  tol  yang  terletak  cukup  dekat  dengan  lokasi  pabrik  (kurang dari 1 km) dan dengan tersedianya angkutan umum yang cukup banyak bagi karyawan. Kebutuhan  listrik  pabrik  disuplai  oleh  PLN, kebutuhan  air disuplai  oleh PDAM TIRTANADI, dan  layanan  jaringan  telekomunikasi  dari  TELKOM  sudah  cukup  memadai.
2.5  Struktur  Organisasi, Uraian  Tugas  dan  Tanggung  Jawab
Sebelum menjalankan suatu aktifitas dalam perusahan, sangat penting untuk mencantumkan suatu  struktur  organisasi, uraian tugas dan tanggung  jawab  bagi  seluruh  pegawai  yang  ada dalam  perusahaan.
Dalam  melaksanakan  kegiatannya  PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, menggunakan  struktur  organisasi  yang  disusun  sedemikian  rupa  sehingga  jelas  terlihat batas-batas  tugas, wewenang  dan  tanggung  jawab  dari  setiap  personil.





BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian  Obat
Obat  ialah  suatu  bahan  atau  paduan  bahan-bahan  yang  dimaksudkan  untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan  penyakit  atau  gejala  penyakit, luka  atau  kelainan  badaniah  dan  rohaniah pada  manusia  atau  hewan  dan  untuk  memperelok  atau  memperindah  badan  atau  bagian badan  manusia  termasuk  obat  tradisional (Wikipedia, 2012).
3.2 Sejarah  Penggunaan  Obat
Pada  mulanya  penggunaan  obat  dilakukan  secara  empirik  dari  tumbuhan,  hanya berdasarkan  pengalaman  dan  selanjutnya  Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat  bahwa untuk  membuat  sediaan  obat  perlu  pengetahuan  kandungan  zat  aktifnya  dan  dia  membuat obat  dari  bahan  yang  sudah  diketahui  zat  aktifnya.
Hippocrates (459-370 SM) yang  dikenal dengan  “bapak  kedokteran”  dalam  praktek pengobatannya  telah  menggunakan  lebih  dari  200  jenis  tumbuhan.
Claudius  Galen (200-129 SM) menghubungkan  penyembuhan  penyakit  dengan  teori  kerja obat  yang  merupakan  bidang  ilmu  farmakologi.
Selanjutnya  Ibnu  Sina (980-1037)  telah  menulis  beberapa  buku  tentang  metode pengumpulan  dan  penyimpanan  tumbuhan  obat  serta  cara  pembuatan  sediaan  obat  seperti pil,  supositoria,  sirup  dan   menggabungkan   pengetahuan   pengobatan   dari   berbagai  negara  yaitu  Yunani,  India,  Persia,  dan  Arab  untuk  menghasilkan  pengobatan  yang  lebih baik.
Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil  melakukan  verifikasi  efek  farmakologi  dan toksikologi  obat  pada  hewan  percobaan, ia  mengatakan :”I  pondered  at  length,  finally  I resolved  to  clarify  the  matter  by  experiment”. Ia  adalah  orang  pertama  yang  melakukan penelitian  farmakologi  dan  toksikologi  pada  hewan  percobaan. Percobaan  pada  hewan merupakan  uji  praklinik  yang  sampai  sekarang  merupakan  persyaratan  sebelum  obat  diuji–coba  secara  klinik  pada  manusia. Institut  Farmakologi  pertama  didirikan  pada  th  1847  oleh  Rudolf  Buchheim  (1820-1879)  di  Universitas  Dorpat  (Estonia).
Selanjutnya  Oswald  Schiedeberg (1838- 1921) bersama  dengan  pakar  disiplin  ilmu lain  menghasilkan  konsep  fundamental  dalam  kerja  obat  meliputi  reseptor  obat,  hubungan struktur  dengan  aktivitas  dan  toksisitas  selektif.  Konsep  tersebut  juga  diperkuat  oleh  T. Frazer (1852-1921) di  Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di  Inggris dan  P. Ehrlich (1854-1915) di  Jerman. Sumber  obat  sampai  akhir  abad  19,  obat  merupakan  produk  organik  atau anorganik  dari  tumbuhan  yang  dikeringkan  atau  segar, bahan  hewan  atau  mineral  yang aktif  dalam  penyembuhan  penyakit  tetapi  dapat  juga  menimbulkan  efek  toksik  bila dosisnya  terlalu  tinggi  atau  pada  kondisi  tertentu  penderita.
Untuk  menjamin  tersedianya  obat  agar  tidak  tergantung  kepada  musim  maka tumbuhan  obat  diawetkan  dengan  pengeringan.  Contoh  tumbuhan  yang  dikeringkan  pada saat  itu  adalah  getah  Papaver  somniferum (opium mentah)  yang  sering  dikaitkan  dengan obat  penyebab  ketergantungan  dan  ketagihan. Dengan  mengekstraksi  getah  tanaman  tersebut  dihasilkan  berbagai  senyawa  yaitu  morfin,  kodein,  narkotin (noskapin),  papaverin dll.  yang   ternyata  memiliki  efek  yang  berbeda  satu  sama  lain  walaupun  dari  sumber  yang  sama  dosis  tumbuhan  kering  dalam  pengobatan  ternyata  sangat  bervariasi  tergantung pada  tempat  asal  tumbuhan,  waktu  panen,  kondisi  dan  lama  penyimpanan.  Maka   untuk menghindari  variasi  dosis, F.W.Sertuerner (1783- 1841)  pada  th 1804  mempelopori  isolasi zat  aktif  dan  memurnikannya  dan  secara  terpisah  dilakukan  sintesis  secara  kimia. Sejak  itu berkembang  obat  sintetik  untuk  berbagai  jenis  penyakit.
3.3 Pengembangan Obat Baru
Pengembangan  bahan  obat  diawali  dengan  sintesis  atau  isolasi  dari  berbagai  sumber  yaitu  dari  tanaman  (glikosida  jantung  untuk  mengobati  lemah  jantung),  jaringan hewan (heparin  untuk  mencegah  pembekuan  darah),  kultur  mikroba  (penisilin  G  sebagai antibiotik  pertama),  urin  manusia  (choriogonadotropin)  dan  dengan  teknik  bioteknologi dihasilkan  human  insulin  untuk  menangani  penyakit  diabetes. Dengan  mempelajari hubungan  struktur  obat  dan  aktivitasnya  maka  pencarian  zat  baru  lebih  terarah  dan memunculkan  ilmu  baru  yaitu  kimia  medisinal  dan  farmakologi  molekular.  Setelah diperoleh  bahan   calon obat,  maka  selanjutnya  calon  obat  tersebut  akan  melalui  serangkaian   uji  yang  memakan  waktu  yang  panjang  dan  biaya  yang  tidak  sedikit  sebelum  diresmikan  sebagai  obat  oleh Badan  pemberi  izin.  Biaya  yang  diperlukan  dari mulai  isolasi  atau  sintesis  senyawa  kimia  sampai  diperoleh  obat   baru  lebih  kurang  US$ 500  juta  per  obat.  Uji  yang  harus  ditempuh  oleh  calon  obat  adalah  uji  praklinik  dan  uji klinik.



3.4 Bentuk – Bentuk Obat
            
                        1. Obat  Tablet
Tablet  adalah  sedian  farmasi  yang  padat, berbentuk  bundar  dan  pipih  atau  cembung rangkap. Bentuk  ini  paling  banyak  beredar  di  Indonesia  disebabkan  karena  bentuk  “tablet” adalah  bentuk  obat  yang  praktis  dan  ekonomis  dalam  produksi,  penyimpanan  dan pemakaiannya. Pembuatan  tablet  ini  selain  diperlukan  bahan  obat  juga  diperlukan  zat tambahan,  yaitu :
Ø  Zat  pengisi  untuk  memperbesar  volume  tablet.
Misalnya : saccharum  Lactis, Amylum  Manihot, Calcii  Phoshas, Calcii  Carbonas  dan  zat  lain  yang  cocok.
Ø  Zat  pengikat ; dimaksudkan  agar  tablet  tidak  pecah  atau  retak, dapat  merekat.
Biasanya  digunakan  mucilage  Gummi  Arabici  10-20 % (panas),  Solution  Methylcelloeum   5 %.
Ø  Zat  penghancur,  dimaksudkan  agar  tablet  dapat  hancur  dalam  perut.
Biasanya  digunakan : Amylum  Manihot  kering, Gelatinum, Agar- agar, Natrium  Alginat
Ø  Zat  pelicin, Dimaksudkan  agar  tablet  tidak  lekat  pada  cetakan. Biasanya  digunakan Talcum 5 %, Magnesii  Streras, Acidum  Strearicum
 Pengertian  lainnya  yaitu  merupakan  sediaan  padat  kompak  dibuat  secara  kempa  cetak dalam  bentuk  tabung  pipih  atau  sirkuler  kedua  permukaan  rata  atau  cembung  mengandung satu  jenis  obat  atau  lebih  dengan  atau  tanpa  bahan  tambahan.

2. Obat  Kapsul
 Kapsul  didefinisikan  sebagai  sediaan  padat  yang terdiri dari obat  dalam  cangkang keras  atau  lunak  yang  dapat  larut. Cangkang  dapat  dibuat  dari  pati,  gelatin,  atau  bahan lainnya  yang  sesuai.
   Kapsul  gelatin  pertama  kali  di  patenkan  oleh  F.A.B .Mothes , mahasiswa  dan Dublanc, seorang  farmasis. Paten  mereka  diperoleh  pada  tahun  1834,  meliputi  metode  untuk  memproduksi  kapsul  gelatin  yang  terdiri  dari  satu  bagian , berbentuk  lonjong,  ditutup  dengan  setetes  larutan  pekat  gelatin  panas  sesudah  diisi.
  Kapsul  gelatin  memiliki  banyak  keunggulan  dibanding  sediaan  obat  lainnya. Kapsul  gelatin  tidak  berbau,  tidak  berasa  dan  mudah  digunakan  karena  saat  terbasahinya oleh  air  liur  akan  segera  diikuti  daya  bengkak  dan  daya  larut  airnya. Pengisian  ke  dalam kapsul  disarankan  untuk  obat  yang  memiliki  rasa  yang  tidak  enak  atau  bau  yang  tidak enak. Kapsul  yang  disimpan  dalam  lingkungan  yang  kering  menunjukkan  daya  tahan  dan kemantapan  penyimpanan  yang  baik  dan dengan  teknologi  modern,  pembuatannya  lebih mudah  dan  cepat  serta  ketepatan  dosis  lebih  tinggi  daripada  tablet.
Cara  pengisian  kapsul  juga  tidak  perlu  memperhitungkan  adanya  perubahan  sifat  material asalnya  dan  pelepasan   zat  aktifnya.
 Kapsul   juga  dapat  dibuat  dari  pati  dan  tepung  gandum  dan  digunakan  untuk  mewadahi bahan  obat  berbentuk  serbuk. Kapsul  pati  ini, memiliki  silinder  tertutup  satu  muka  atau mangkuk  kecil (garis  tengah  15-25  mm  dan  tinggi 10 mm). Walaupun   tercantum dalam farmakope, tapi  peranannya  sampai  saat  ini  tidak  ada.
3.5  Daftar  Produk  Obat  yang  dihasilkan  PT. KIMIA  FARMA,Plant  MEDAN
Produk  Obat  yang  dihasilkan  oleh  PT.KIMIA FARMA,plant  Medan  saat  ini  adalah  obat  kapsul, tablet,dan  krim/ salep.
Beberapa  daftar  produk  obat  yang  diproduksi  di PT. KIMIA FARMA,plant MEDAN yaitu :
-          Antalgin 500 mg
-          Parasetamol 500 mg
-          Ekstrak  Beladon 10 mg
-          Ekstrak  Beladon 20 mg
-          Chloramphenicol  250  mg
-          Betametason  0,1 %
-          Betason-N  krim
-          Fitocassol   krim
-          Dexocort  0,25 %
-          Virules  5 %
-          Hydrocortison 2,5 %
-          Gentamicin 0,1 %
-          Fungoral  2 %
-          Vitamin B Complex 150 mg
-          Calcium  Lactat  500 mg
-          Glyceryl  Guaiacolate 100  mg

3.6  Macam- Macam  Pengujian  yang  Dilakukan  Untuk  Menganalisis  Obat
Setiap  obat  itu  hampir  sama perlakuan  dalam  analisisnya. Dimana  setiap  obat  itu  ada  beberapa  pengujian  yang  harus  dilakukan sebelum  obat  itu  dikonsumsi konsumen. Misalkan  saja  obat  tablet, pada  produk  setengah  jadi harus  di lakukan  pengujian  seperti  waktu  hancurnya,kekerasan   obat,  keregasan  obat hingga  nantinya  sampai  obat  telah  dapat  ditentukan  apakah  obat  tersebut  telah  layak  untuk dikonsumsi.
Ada  beberapa  pengujian  yang  dilakukan  sebelum  obat  tersebut  dipasarkan :
a.       Obat  Tablet
Pada  obat  tablet  ada perlakuan  yang  dilakukan  sebelum  obat  diproduksi  dalam  jumlah  besar,yaitu :
·         Uji  Kelarutan  Tablet
Uji  kelarutan  tablet  digunakan  untuk  menentukan  berapa  lama  obat  akan  bereaksi  didalam  tubuh   dalam  artian  tablet  itu  hancur / larut  dalam  tubuh.  Uji  kelarutan  ini  digunakan  alat  yaitu  “Dessintegration  Test  System”.  Pada  umumnya  tablet  tersebut  larut  selama  maksimal  15  menit sesuai  dengan  syarat  kelarutan  tablet, yaitu  dengan  suhu  27° C.
Dimana  suhu  tersebut  adalah  ukuran  suhu  tubuh  manusia.
·         Uji  Kekerasan  Tablet
Uji  kekerasan  tablet  dilakukan  untuk  mengetahui  seberapa  keras  obat  tersebut  sehingga  nantinya  dapat  dipecahkan. Jika  obat  tersebut  terlalu  keras  maka  sulit  untuk  dipatahkan/ dipecah. Jika  terlalu  lunak  maka  obat  akan  rapuh  dan  mudah  hancur sebelum  obat  dikonsumsi.
Alat  untuk  menguji  kekerasan  tablet  yaitu  “Tablet Tester” tetapi  ada  juga  yang  manual. Untuk  kekerasan  tablet  itu  mempunyai  daya  keras  yang  berbeda. Ada  yang  dari  75- 80 N(satuan) , 90- 110 N. Untuk  pengujian  cukup  6  biji  tablet  saja  yang  diuji.
·         Uji  Keregasan  Tablet
Uji  keregasan  maksudnya  adalah obat/ tablet  tersebut  dimasukkan  kedalam  alat  pemutar yang  dinamakan “ Friability Tester” selama  4 menit (syarat) lalu  ditimbang. Berapa persen (%) keregasan  obat/ tablet  itu  jika  sebelum  sampai  kepada  konsumen  obat  tersebut  telah melewati  beberapa  proses. Jadi  dilihatlah berapa  keregasan  tablet  setelah  melalui  proses  tersebut.
Uji  keregasan  digunakan  untuk  menentukan  kekuatan  dari tablet. Gesekan  dan  goncangan  merupakan  penyebab tablet  mudah  hancur. Persyaratan keregasan harus  lebih  kecil  dari  0,8%.
·         Penimbangan  bobot  rata-rata
Penimbangan  bobot  rata-rata   pada  sediaan  tablet  dan  krim  pada  umumnya  hampir  sama.  Dimana  untuk  tablet  caranya  yaitu :
Tablet  ditimbang  bobotnya  satu  per  satu  hingga  10  tablet  lalu  dijumlahkan  bobot  tersebut  dibagi  dengan  berapa  tablet   yang  ditimbang  maka  itulah  bobot  rata- ratanya  dalam  mgram.
Jika  yang  ditimbang  adalah  krim,biasanya  untuk  krim  isi  dalam  tube adalah  5 gram. Caranya pun  sama ,tapi  biasanya  krim  terlebih  dahulu  ditimbang  bobot  tube  kosong, setelah  itu  diisikan  krim  sebanyak  5 gram,lalu  ditimbang  lagi. Pada pengisian krim  tidak  boleh  kurang  dari  5 gram atau  terlalu  lebih  dari  5 gram. Jika  tube  telah  diisikan  dan  ditimbang   maka   dicari  Netto yang  ditimbang  tadi ( biasanya  dari  10 tube) . Maka  didapatkan  bobot rata-rata untuk  krim.
·         Tes  Kebocoran  Strip
Setelah  obat/tablet  di uji kekerasan, keregasan, kelarutan serta bobot  rata-rata  maka  tablet  siap  di pack  dalam  strip. Untuk  menguji  kelayakan  strip  dimana  strip  tidak  bocor  maka  dilakukanlah  uji  tes  kebocoran  strip.
Pada  uji  tes  kebocoran  strip  yaitu  menggunakan  cairan  Methilen  Blue  yang  terdapat  di dalam  desikator  yang  dihubungkan  dengan  kompressor. Cara  kerja  alatnya  yaitu  dimana  melalui  selang  yang  terhubung antara  desikator  dengan  kompressor, udara  akan  dihisap  melalui  selang  sehingga  jika  strip  bocor  maka  cairan  Methilen  Blue  akan  masuk  kedalam  dan  mengubah  warna  tablet  menjadi  biru.
Guna  menggunakan  Methilen  Blue  yaitu  karena  Methilen  Blue merupakan  zat  warna  yang  dapat  menempel/meresap  kuat  pada bahan. Artinya  udara  yang terdapat  dalam  desikator  akan  ditarik  dari  dalam  desikator  sehingga  oksigen/udara  jadi berkurang.

3.7  Pengujian  Pemastian  Mutu  pada  Produk  Obat  yang dihasilkan
Setiap  obat  yang  diproduksi  sebelum  dipasarkan  terlebih  dahulu  obat  tersebut harus  dilakukan  uji  pemastian mutu , untuk  memastikan  obat  tersebut  memenuhi  syarat yang  telah  ditetapkan  dan  layak  untuk  dikonsumsi. Ada  pun  parameter  pengujian  pemastian  mutu  obat  adalah  sebagai   berikut :


·         Pengujian  kadar  zat  aktif  dengan  Spektrofotometri  UV-ViS
Menurut  Ompusunggu  (  1982  )  spektrofotometer  adalah  fotometer  ( alat  pengukur  intensitas  sinar ) yang  dilengkapi  dengan  komponen  sedemikan  rupa  sehingga  perubahan  intesitas  sinar  monokromatis  menembus  larutan  dapat  diukur.
Berdasarkan  berkas  sinar  yang  diiterima  larutan, maka  spektrofotometer  dapat  dibagi  menjadi :
1.       Spektrofotometer  single  beam
2.       Spektrofotometer  double  beam
Dengan  spektrofotometer single  beam  kita  hanya  bisa  dapat  mengukur  dengan  menggunakan  satu  larutan  sinar  saja. Sedangkan  dengan  spektrofotometer  double  beam  menggunakan  dua  larutan  sinar ( sekaligus  dapat  mengukur  dua  latruan  contoh  dan  pembanding ).
Keuntungan  spektrofotometer  double  beam  adalah  perubahan  tegangan  listrik ( yang  bisa  dialami  dilaboratorium ) tidak  akan  berpengaruh  terhadap  pembacaan, sedangkan  pada spektrofotometer  single  beam  intensitas  sinarnya  harus  tetap  waktu  mengukur  contoh  dan  mengukur  blanko. Jadi  tegangan  listrik  harus  dijaga  konstan.
Pengujian  yang  dilakukan  menggunakan  spektrofotometer  pada  umumnya  obat  yang  berbentuk  tablet  dan  uji  disolusi  tablet.
·         Uji Disolusi
Uji  disolusi  adalah  suatu  metode  in  vitro  yang  digunakan  untuk  mengetahui  waktu  pelepasan  obat  dari  bentuk  sediaan  menjadi  bentuk  terarut.  Alat  yang  digunakan ada  dua  macam  ;  yang  pertama  berbentuk  keranjang  (basket)  dan  yang  berbentuk pedal  atau  dayung.   Media  disolusi   menggunakan  pelarut yang  tertera  pada  masing-masing  monografi. Bila  media  disolusi  larutan  dapar  atur   pH  larutan  sedemikian hingga  berada  dalam  batas 0,05  satuan  pH  yang  tertera   pada  masing-masing monografi. Volume  media  disolusi   adalah   900 ml  dan  atur  suhu  media  hingga suhu  37 ° ± 0,5 ° celcius.
·         Waktu uji.
 Bila  dalam  spesifikasi  hanya  terdapat  satu  waktu, pengujian  dapat diakhiri  dalam  waktu  yang  lebih  singkat  bila  persyaratan  jumlah  minimum  yang terlarut  telah  terpenuhi. Bila  dinyatakan  dua  waktu  atau  lebih,  cuplikan  dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan  dengan  toleransi  +/- 2 %.
·         Pengambilan  cuplikan
Dalam  interval  waktu  yang  telah  ditentukan  ambil  cuplikan  pada  daerah pertengahan  antara  permukaan  media  disolusi  dan  bagian  atas  dari  keranjang berputar   atau daun  dari  alat  dayung,   tidak   kurang 1 cm  dari  dinding  wadah. Lakukan  penetapan  kadar  sesuai  masing-masing  monografi.
·         Interpretasi hasil
Kecuali  dinyatakan  lain  dalam  masing-masing  monografi,  persyaratan  dipenuhi  jika junlah  zat  aktif  yang  terkarut  dari  sediaan  yang  diuji  sesuai  dengan  tabel penerimaan. Lanjutkan  pengujian  sampai   tiga tahap  kecuali  bila  hasil  pengujian memenuhi  tahap  S1  atau  S2. Harga  Q  adalah  jumlah   zat  aktif  yang  terlarut  seperti yang  tertera  dalam  masing-masing  monografi, dinyatakan  dalam  presentasi  kadar pada  etiket,  angka  5%  dan  15%   dalam   tabel   adalah   persentase   kadar   pada  etiket,  dengan  demikian  mempunyai  arti  yang  sama  dengan  Q.

·         High  Pressure  Liquid  Chromatography
Pada  dasarnya  prinsip  kerja  HPLC dengan  bantun  pompa  fasa  gerak  cair  dialikan  melalui  kolom  ke  detektor , cuplikan  dimasukkan  ke  dalam  aliran  fasa  gerak  dengan  cara  penyuntikan. Di dalam  kolom  terjadi  pemisahan  komponen-komponen  campuran  karena  perbedaan  kekuatan  interaksi  antara  solut  terhadap  fasa  diam  maka  terjadilah  pemisahan. Komponen  yang  lemah  interaksinya  dengan  fasa  diam  akan  keluar  dari  kolom  lebih  dahulu. Setiap  komponen  campuran  yang  keluar  kolom  dideteksi  oleh  detektor  kemudian  direkam  oleh  kromatogram. Jumlah peak menyatakan  jumlah  komponen  , luas  peak  menyatakan  konsentrasi  komponen  dalam  campuran. Dan  terakhir  komputer  digunakan  untuk  mengontrol  kerja  sama  sistem  HPLC  dan  mengumpulkan  serta  mengolah  data  hasil  pengukuran  HPLC.
Pengujian  yang  dilakukan  menggunakan  HPLC yaitu  untuk  penentuan  kadar  zat aktif  obat  dalam  bentuk  sediaan  krim  atau  salep.
·         Pengujian  Mikrobiologi 
Pada  pengujian  mikrobiologi untuk  sampel  obat  yaitu  untuk  menentukan  potensi  daya  bunuh  mikroba. Biasanya  untuk  pengujian  ini  dilakukan  pada  obat  dalam  sediaan salep/ krim. Terlebih   dahulu  sampel  krim/  obat  ditimbang  sebanyak  1 gram lalu  di larutkan ,kemudian  dibuat  larutan  deret  standar  dengan  pemipetan  larutan  yang  berbeda-beda.  Untuk  menumbuhkan  mikroba  maka  digunakan  media. Media  yang  digunakan pun  berbeda sesuai dengan  jenis   sampel  yang  akan  diperiksa. Setelah  media  telah  dibuat ,maka media  dituangkan  kedalam  cawan  petri  untuk  dilakukan  inokulasi  mikroba. Kemudian  larutan  standar  yang  tadi  dipipetkan  kedalam  ring  yang  terdapat  dalam cawan  petri. Setelah  selesai perlakuan tersebut  barulah  cawan  petri  diinkubasikan kedalam  inkubator  selama  1 x 24 jam.
Setelah  diinkubasi  dilakukanlah  perhitungan  dari  setiap  cawan  yang  berisi  koloni  mikroba.Dan  perlakuan  terakhir  yaitu  cawan  harus  di destruksi  di dalam  autoklaf ,dengan  tujuan  untuk  membunuh  mikroba- mikroba  yang  masih  terdapat  dalam  cawan  sebelum  cawan  dicuci  dan  dibersihkan. Pada  setiap  tahap yang  dilakukan  kita  harus  bekerja  dalam  keadaan  steril. 




BAB IV
KESIMPULAN 

Dari  Praktik  Kerja  Industri (PRAKERIN)  yang  dilakukan  di  PT. KIMIA  FARMA,Plant  MEDAN  penulis  dapat  memperoleh  ilmu-ilmu  baru  yang  belum  diperoleh  di sekolah. Sehingga  penulis   dapat  menerapkan  ilmu  tersebut  dan  mengaplikasikannya  pada  dunia  kerja  nantinya.  Dan  penulis  sedikit  banyaknya  sudah  mengetahui  bagaimana  Cara  Pembuatan  Obat  yang  Baik (CPOB) yang  sesuai  dengan  syarat  yang  telah  ditetapkan.










DAFTAR  PUSTAKA

Departemen  Kesehatan  RI. 1990. Hematologi . Jakarta Hal 1-178
Lorina  ,Silvania  dan  Sylvi  2007. Modul  Analisis  Fotometri  Nyala  dan  Spektrofotometri  Serapan  Atom. Padang  : SMAKPA (lingkungan  sendiri)
http:/library.usu.id/download/ft/tkimia-halima.pdf
PT. KIMIA FARMA. PROTAP Pengujian  Produk  Ruahan. Medan
PT. KIMIA  FARMA. PROTAP  Penggunaan Alat  Laboratorium. Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar